Lampu minyak akan habis, namun kita akan menyalakan lampu dengan darah sebab jika kita nyalakan dengan darah dia tidak akan mati

Minggu, 29 Januari 2012

Sebuah Cindera Mata Buat Hati Yang Tak Buta (1)

kaki-kaki kecil milik dia yang berhati besar

berlari 
berpacu dengan waktu 

tinggalkan ummi dengan senyum mengembang 

ransel-ransel bertengger di punggungnya 

ada beberapa batu di dalamnya 


ketapelpun dikalungkan 
"ana berangkat ummi, do'akan ana bisa menghabisi mereka hari ini" 
kaki-kaki kecil milik dia yang berhati besar 
langkah demi langkah menyusuri jalan kecil yang berdebu 
diantara reruntuhan bangunan 

diantara puing-puing, sisa bom semalam 

tiada gentar 

tapi lihatlah, kaki-kaki kecil itu terhenti 

berdiri kaku di depan sebuah reruntuhan bangunan 

airmata jatuh tak tertahankan 

amarah begitu membuncah 
"HEI KALIAN LAKNATULLAH !! JANGAN PADA SEKOLAH KAMI !!" 
hingga serak bibir mungil itu berteriak 
yang aku tahu, kemarin bangunan itu masih utuh 
satu-satunya tempat yang tersisa untuk menuntut ilmu, untuk benar-benar berlaku seperti usia mereka 
bermain dalam canda meski hawa makin mencekam 
amarah itu tak terbendung 
tanpa gentar kaki-kaki kecil itu berlari 
lebih tegap, teramat gagah 
berlari melewati gelimpangan mayat 
melewati tanah gersang sisa bom semalam 
lihatlah ia.. disana 
kini berdiri didepan tank raksasa 
tubuh mungil yang tanpa gentar 
lihatlah amarah diwajahnya 
lihatlah keyakinan dimatanya 
"HEI KALIAN LAKNATULLAH !!, TUNGGULAH MURKA ALLAH" 
ketapel sigap ditangannya, kepal tangan menggenggam batu-batu kecil yang tlah ia siapkan 

dia LAKNATULLAH berdiri menantang tubuh mungil itu dengan travo ditangannya 

imbangkah? 

ya Robbi... 

hanya sekali tembakan 
seketika tubuh mungil itu terkulai tak berdaya 
cucuran darah mengaliri tanah-tanah gersang palestine 

senyum menyambut taman firdaus terpancar 
dari bening wajah mungil itu 
tawa sang LAKNATULLAH membahana 
bagai melolong atas kemenangannya 
terkutuklah kalian, para keturunan kera 
hanya tubuh terkulai itu yang pulang 
dibopong tanpa nyawa 
bertemu ummi yang sedari tadi menanti 
hanya tangis tertahan 
hati yang begitu hancur 
"istirahatlah anakku, bermainlah di taman firdaus-Nya" 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar