kaki-kaki kecil milik dia yang berhati besar
berpacu dengan waktu
tinggalkan ummi dengan senyum mengembang
ransel-ransel bertengger di punggungnya
ada beberapa batu di dalamnya
"ana berangkat ummi, do'akan ana bisa menghabisi mereka hari ini"
kaki-kaki kecil milik dia yang berhati besar
langkah demi langkah menyusuri jalan kecil yang berdebu
diantara reruntuhan bangunan
diantara puing-puing, sisa bom semalam
tiada gentar
tapi lihatlah, kaki-kaki kecil itu terhenti
berdiri kaku di depan sebuah reruntuhan bangunan
airmata jatuh tak tertahankan
amarah begitu membuncah
"HEI KALIAN LAKNATULLAH !! JANGAN PADA SEKOLAH KAMI !!"
hingga serak bibir mungil itu berteriak
yang aku tahu, kemarin bangunan itu masih utuh
satu-satunya tempat yang tersisa untuk menuntut ilmu, untuk benar-benar berlaku seperti usia mereka
bermain dalam canda meski hawa makin mencekam
amarah itu tak terbendung
tanpa gentar kaki-kaki kecil itu berlari
lebih tegap, teramat gagah
berlari melewati gelimpangan mayat
melewati tanah gersang sisa bom semalam
lihatlah ia.. disana
kini berdiri didepan tank raksasa
tubuh mungil yang tanpa gentar
lihatlah amarah diwajahnya
lihatlah keyakinan dimatanya
"HEI KALIAN LAKNATULLAH !!, TUNGGULAH MURKA ALLAH"
ketapel sigap ditangannya, kepal tangan menggenggam batu-batu kecil yang tlah ia siapkan
dia LAKNATULLAH berdiri menantang tubuh mungil itu dengan travo ditangannya
imbangkah?
ya Robbi...
hanya sekali tembakan
seketika tubuh mungil itu terkulai tak berdaya
cucuran darah mengaliri tanah-tanah gersang palestine
senyum menyambut taman firdaus terpancar
dari bening wajah mungil itu
tawa sang LAKNATULLAH membahana
bagai melolong atas kemenangannya
terkutuklah kalian, para keturunan kera
hanya tubuh terkulai itu yang pulang
dibopong tanpa nyawa
bertemu ummi yang sedari tadi menanti
hanya tangis tertahan
hati yang begitu hancur
"istirahatlah anakku, bermainlah di taman firdaus-Nya"
oleh Tholabul Ilmi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar