Lampu minyak akan habis, namun kita akan menyalakan lampu dengan darah sebab jika kita nyalakan dengan darah dia tidak akan mati

Kamis, 07 Juli 2011

Hj, Fatimah Al-Najjar legenda perlawanan wanita Palestina





Aku persembahkan jiwa raga ini untuk Allah, Palestina dan Al-Aqsha. Aku berharap Allah dapat menerima amal ibadahku ini. Aku juga berkorban demi para tawanan Palestina. Selanjutnya aku sampaikan salam untuk Abul Abad (Haneya) dan Al-Dhaif (Komandan AL-Qossam).

Perkataan terakhir inilah yang disampaikan Syahidah Hj Fatimah Al-Najjar (57 tahun). Ia mengakhiri hidupnya dengan pengorbanan dan kecintaan pada negerinya. Sebagaimana Ia telah menanamkan kecintaaan mati syahid pada anak-anaknya, beberapa saat sebelum ia betemu dengan Tuhannya, ketika ia meledakan dirinya di tengah serdadu Israel di Beth Hanon, Jalur Gaza.

Syeikh Raed Shalah

"Ia berperangai tenang sejak kecilnya. Tidak pernah merana dan senang bermain bersama-sama teman-teman kecilnya. Ia juga santun, mencintai alam dan burung-burungnya."
Ini kata-kata ibunya. Putrinya menambahkan, "Ayah sangat romatis karena ia cinta kepada alam dan menyukai seni lukis serta senang dengan burung dan mendengarkan suaranya."
Suatu hari, ia tahu ada galian terowongan yang banyak di bawah Masjid Al-Aqsha yang dilakukan oleh zionis Israel, ketika itu hatinya yang cinta kepada tempat-tempat suci terutama Masjid Al-Aqsha dan saat itulah ia melaunching janji setia "era para pemberani, orang mulia, bahkan era syuhada yang hidup". Ia mengatakan, "Aku berjanji setia dalam diriku setelah aku berjanji setia kepada Allah untuk menyedekahkan umurku, waktuku, dan semua yang saya miliki untuk Al-Quds Asy-Syarif dan Masjid Al-Aqsha."